Posts from the ‘All About Islam’ Category

Islam is My Life


Islam is My Life

Filed under: artikel by Fachreza Alhabsy— Tinggalkan komentar
Februari 19, 2011


Post under at 4:16 PM Posted by Citra Pradipta H
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari Agama Alloh? Padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi,baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada Alloh saja-lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran : 83)
ISLAM IS MY LIFEMengapa Islam sebagai agama yang sempurna? Berikut ini penjelasannya : 

1. Islam adalah agama yang lengkap. Lengkap di sini adalah maksudnya Islam mampu memecahkan semua permasalahan dari manusia. Jadi segala permasalahan manusia sebenarnya telah mampu dipecahkan dan diatur dalam Islam.

Permasalahan manusia itu apa saja?

Pertama
Yang pertama adalah permasalahan manusia dengan tuhannya. Islam telah mengatur bagaimana hubungan manusia dengan tuhannya biak itu keimanannya (Akidah) dan juga ibadahnya. Islam telah memberikan solusi atas kebenaran dan kebutuhan fitrah manusia yang menyembah akan adanya satu Tuhan yaitu bahwasanya Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Alloh. Dan juga islam memberikan tatacara bagaimana menyembahnya, dan kewajiban untuk menyembahnya.

Kedua
Permasalahan manusia yang kedua adalah masalah manusia dengan dirinya sendiri. Yaitu bagaimana manusia mengatur yang menyangkut dengan dirinya sendiri, seperti bagaimana manusia itu nakan, berpakaian, akhlak atau perilaku, dll. Islam telah mengaturnya dan memberikan solusi agak tidak menimbulkan permasalahan mengenai bab ini. Sebagaimana Islam telah mengatur bagaimana mendapatkan makan yang halal, jenis makanan yang halal dan bahkan bagaimana tata cara ketika makan. Dan juga Islam mengatur bagaimana tata cara berpakaian dan juga bertingkah laku.

Ketiga
Yang ketiga dari permasalahan manusia adalah masalah manusia satu dengan orang lain. Atau sering disebut bermuamalah, Islam telah mengatur bagaimana tata cara berhubungan yang menyangkut orang lain. Seperti jual beli, berpolitik, bermasyarakat, waris, bernegara, dll segala permasalahan orang lain. Di samping itu Islam juga mengatur bagaimana manusia berhubungan dengan alam semesta ini.

2. Islam adalah agama yang luas. Maksud dari kata luas di sini adalah Islam memecahkan permasalahan masa yang dulu – sekarang – dan yang akan datang. Jadi Islam sebagaimana ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada jaman itu adalah telah mampu memecahkan segala permasalahannya yang akan datang. Jadi cukuplah Islam menjadi segala pedoman dalam permasalahan saat ini. Ketika ada yang mengatakan Islam itu hanya sesuai dengan atau untuk permasalahan yang dahulu dan tidak relevan dengan permasalahan saat ini, atau hukum Islam hanya dapat diterapkan pada jaman dulu sedangkan jaman sekarang ini tidak relevan maka itu hanyalah suatu kebodohan. Baik itu kebodohan karena ketidak pengetahuannya bagaimana seharusnya mampu mengambil hukum Islam terhadap masalah itu ataupun kebodohan karena ketidak mauan dalam melaksanankannya atau dikalahkan oleh hawa nafsunya.

3. Hukum Islam bersifat amali. Hukum Islam ini bukan hanya bersifat teori yang tidak mampu dilaksanakan secara teknis oleh manusia. Ya hukum Islam ini dapat dilaksanakan oleh manusia bukan hanya dalam tataran teori saja tetapi bersifat amali atau dilaksanakan. Yang menjadi pertanyaannya maukah kita melaksanakan ataupun rela atau tidak diatur oleh hukum Islam.

Islam adalah bersaksi tidak ada illah (tuhan) selain Alloh, Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan haji bagi yang mampu melaksanankannya.

Karakteristik Islam 

Rabbaniyah
Islam menjadikan tujuan akhirnya adalah ridha Alloh, dan bahwa sumber konsep Islam adalah wahyu Alloh, bukan buatan manusia.Insaniyah
Islam memberikan ruang luas kepada manusia untuk beristihad dan berikhtikaf. Selain itu, Islam mengajarkan prinsip persamaan hukum diantara manusia. 

Syamil
Islam bersifat menyeluruh, suatu sistem yang tidak terhenti hanya pada satu aspek atau masa tertentu saja. Islam bersifat kom prehensif, segala aturan kehidupan telah diatur. Islam adalah aqidah, ibadah, kenegaraan, toleransi, mu’amalah, dan lain-lain.

Wasathaniyah
Bahwa aturan-aturan Islam selalu berada di pertengahan dalam segala hal. Tidak meninggalkan akhirat seperti orang barat. Islam sangat memberikan porsi yang seimbang antara akal, jasad dan ruhiyyah. Antara dunia dan akhirat, antara individu dan jama’ah. Islam mengajarkan kemudahan bagi setiap hamba-Nya.

Source : Tim LSO Mentoring – Menjadi MUSLIM Dahsyat dengan cahaya AL-QURAN

Kebahagiaan Hidup Menurut Islam


Kebahagiaan Hidup Menurut Islam

Filed under: artikel by Fachreza Alhabsy — Tinggalkan komentar
Februari 21, 2011

Kebahagiaan hidup dalam pandangan Islam tidak berkutat pada sisi materi. Walaupun Islam mengakui kalau materi menjadi bagian dari unsur kebahagiaan.

Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan. Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma’nawi seperti memiliki budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup.

Beberapa nash syar’i telah menunjukkan hal ini:

وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ  وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ

Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.” (QS. An-Nakhl: 5-6)

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ

Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” (QS. Al-A’raf: 32)

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “di antara unsur kebahagiaan anak Adam adalah istri shalihah, tempat tinggal luas, dan tunggangan yang nyaman.” (HR. Ahmad)

Islam pada dasarnya memandang masalah materi sebagai sarana bukan tujuan.

Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma’nawi seperti memiliki budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan kebahagiaan hidup.

Kebahagiaan dunia

Islam telah menetapkan beberapa hukum dan beberapa kriteria yang mengarahkan manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia. Hanya saja Islam menekankan bahwa kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju akhirat. Sedangkan kehidupan yang sebenarnya yang harus dia upayakan adalah kehidupan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl: 97)

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS. Al-Qashshash: 77)

فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (QS. At-Taubah: 38)

Kebahagiaan akhirat

Kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang kekal. Menjadi balasan atas keshalihan hamba selama hidup di dunia. Allah berfirman,

الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.” (QS. Al Nahl: 32)

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ

Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (QS. Al Nahl: 30)

Islam telah menetapkan tugas manusia di bumi sebagai khalifah di dalamnya. Bertugas memakmurkan bumi dan merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga menuntutnya bersungguh-sungguh dan bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana yang diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau sebaliknya.

Ujian-ujian ini  akan selalu mengisi hidup manusia yang menuntunnya untuk bersabar, berkeinginan kuat, bertekad tinggi, bertawakkal, berani, berkorban, dan berakhlak mulia serta lainnya. Semua ini akan mendatangkan ketenangan, kebahagiaan, dan ridla.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ  أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah: 155-157)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Seluruh urusannya bernilai baik. Jika mendapat kebaikan dia bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika tertimpa keburukan dia bersabar, dan itu baik untuknya.” (HR. Muslim)

Cara meraih kebahagiaan

1.    Beriman dan beramal shalih.

Meraih kebahagiaan melalui iman ditinjau dari beberapa segi:

a.    Orang yang beriman kepada Allah Yang Mahatinggi dan Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dengan iman yang sempurna, bersih dari kotoran dosa, maka dia akan merasakan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan bosan dengan kehidupannya, bahkan akan ridla terhadap takdir Allah pada dirinya, pastinya dia akan bersyukur terhadap kebaikan dan bersabar atas bala’.

Ketundukan seorang mukmin kepada Allah membimbing ruhaninya yang menjadi pondasi awal untuk lebih giat bekerja karena merasa hidupnya memiliki makna dan tujuan yang berusaha diwujudkannya. Allah berfirman,

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’aam: 82)

b.    Iman menjadikan seseorang memiliki pijakan hidup yang mendorongnya untuk diwujudkan. Maka hidupnya akan memiliki nilai yang tinggi dan berharga yang mendorongnya untuk beramal dan berjihad di Jalan-Nya. Dengan itu pula, dia akan meninggalkan gaya hidup egoistis yang sempit sehingga hidupnya bermanfaat untuk masyarakat di mana dia tinggal.

Ketika seseorang bersifat egois maka hari-harinya terasa sempit dan tujuan hidupnya terbatas. Namun ketika hidupnya dengan memikirkan fungsinya, maka hidup nampak panjang dan indah, dia akan merasakan hari-harinya penuh nilai.

c.    Peran iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai sarana untuk menghilangkan kesengsaraan. Hal itu karena seorang mukmin tahu dia akan senantiasa diuji dalam hidupnya. Dan ujian-ujian itu termasuk untuk menguji keimanan, maka akan tumbuh dalam dirinya kekuatan sabar, semangat, percaya kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, memohon perlindungan kepada-Nya, dan takut kepada-Nya. Potensi-potensi ini termasuk sarana utama untuk merealisasikan tujuan hidup yang mulia dan siap menghadapi ujian hidup.  Allah Ta’ala berfirman:

إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ

Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Nisaa’: 104)

Peran iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai sarana untuk menghilangkan kesengsaraan.

2.    Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk berbuat baik kepada sesama.

Manusia adalah makhluk sosial yang harus melakukan interaksi dengan makhluk sebangsanya. Dia tidak mungkin hidup sendiri tanpa memerlukan orang lain dalam memenuhi seluruh kebutuhannya. Jika bersosialisasi dengan mereka merupakan satu keharusan, sedangkan manusia memiliki tabiat dan pemikiran yang bermacam-macam, maka pasti akan terjadi kesalahpahaman dan kesalahan yang membuatnya sedih. Jika tidak disikapi dengan sikap bijak maka interaksinya dengan manusia akan menjadi sebab kesengsaraan dan membawa kesedihan dan kesusahan. Karena itulah, Islam memberikan perhatian besar terhadap akhlak dan pembinaannya. Hal ini dapat kita saksikan dalam beberapa ayat dan hadits berikut ini:

a.    Firman Allah dalam menyifati Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam,

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam: 4)

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS. Ali Imran: 159)

b.    Perintah Allah kepada kaum mukminin agar tolong menolong dalam kebaikan,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al Maidah: 2)

c.    Perintah Allah agar membalas keburukan orang dengan kebaikan,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QSl Fushshilat: 34-35)

d.    Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.

e.    Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan tidak bisa tidur.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

3.    Memperbanyak dzikir dan merasa selalu disertai Allah.

Sesungguhnya keridlaan hamba tergantung pada dzat tempat bergantung. Dan Allah Dzat yang paling membuat hati hamba tentram dan dada menjadi lapang dengan mengingat-Nya. Karena kepadaNya seorang mukmin meminta bantuan untuk mendapatkan kebutuhan dan menghindarkan dari mara bahaya. Karena itulah, syariat mengajarkan beberapa dzikir yang mengikat antara seorang mukmin dengan Allah Ta’ala sesuai tempat dan waktu, yaitu ketika ada sesuatu yang diharapkan atau ada sesuatu yang menghawatirkannya. Dzikir-dzikir tadi mengikat seorang hamba dengan penciptanya sehingga dia akan mengembalikan semua akibat kepada yang mentakdirkannya.

Berikut ini beberapa nash yang menunjukkan hubungan dzikir dengan kebahagiaan seorang hamba.

a.    Firman Allah Ta’ala:

الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Al Ra’du: 28)

b.    Perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada seorang muslim ketika menikah.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabi’at yang dia bawa, dan aku berlindung dari keburukannya dan keburukan tabi’at yang dia bawa.” (HR. Abu Daud no 2160, Ibnu Majah no1918 dan al Hakim).

c.    Doa ketika terjadi angin ribut:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ

Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), kebaikan apa yang di dalamnya dan kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan angin ini, kejahatan apa yang di dalamnya dan kejahatan tujuan angin dihembuskan.” (Muttafaq ‘Alaih)

d.    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan untuk melakukan sebab (usaha), minta tolong kepada Allah, dan tidak sedih jika hasil yang diharapkan tidak terwujud. “Bersemangatlah mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah janganlah berkata: ‘Seandainya saya berbuat begini maka tentu tidak terjadi begitu.’ Namun katakanlah: ‘Allah telah menakdirkan musibah ini. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi’. Karena perkataan ‘Seandainya’ dapat membuka perbuatan syetan.” (HR. Muslim)

Adab-adab Persahabatan Menurut Islam : Kejujuran dan Keikhlasan


Bismillahirrahmanirrahim…

Di dalam menjalinkan hubungan silatulrahim dan persahabatan, selain sifat harga menghargai, kejujuran juga amat penting kerana sahabat yang paling menguntungkan adalah seorang sahabat yang jujur, suka berterus terang dan tidak menyembunyikan sesuatu dari anda, apatah lagi perkara itu boleh membawa keburukan kepada diri anda.

Dalam Islam memang dituntut setiap orang itu memuliakan saudaranya, lebih dari dirinya sendiri. Begitu jugalah dengan kepentingan diri anda sendiri.

Anda harus mementingkan sahabat anda seperti anda lakukan terhadap diri anda juga. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam hadis Qudsi yang bermaksud :

“Sudah pastilah kecintaan-KU itu untuk orang-orang yang saling ziarah menziarahi kerana AKU. Sudah pasti pula kecintaan-KU untuk orang yang saling cinta menyintai kerana AKU, sudah pasti pula kecintaan-KU kepada orang-orang yang saling bantu membantu kerana AKU. Juga sudah pastilah kecintaan-KU untuk orang yang saling tolong menolong kerana AKU.” – Riwayat Ahmad dan Hakim.

Manakala sifat ikhlas pula akan memberikan kesegaran kepada jiwa, ikhlas memberi dan menerima dalam apa jua bentuk pertolongan atau pemberian dari setiap individu muslim itu.

Setiap muslim harus menyemaikan sifat ikhlas itu sejak kecil lagi, kerana keikhlasan itu membuat hati kita gembira dan tenang dalam menghadapi sesuatu keadaan.

Tahukah anda, keran tidak ikhlas jiwa kita akan menjadi rosak dan berdendam, berdendam memang dilarang dalam Islam. Keikhlasan bukan sahaja memberi kesegaran kepada jiwa, tetapi boleh membuatkan anda bertambah taqwa kepada Allah SWT.

Oleh itu, kebersihan hati hanya boleh dicapai dengan iman dan taqwa kepada Allah SWT, dengan secara langsung keikhlasan akan terpancar di jiwa kita. Lakukan sesuatu kepada seseorang dengan ikhlas, berilah sesuatu kepada seseorang dengan ikhlas bukan dengan ada sebab lain.

Cuba anda renung dan berfikir sejenak, bertanya dengan diri anda…Adakah anda telah berlaku jujur terhadap sahabat-sahabat anda ? Adakah anda sudah lakukan sepertimana yang dianjurkan oleh syariat Islam ?

Sekiranya anda telah berlaku jujur terhadap sahabat dan rakan anda…Alhamdulillah…Tetapi ada juga sesetengah manusia di dunia ini mereka menjalinkan hubungan silatulrahim dan persahabatan adalah kerana inginkan kebendaan semata-mata. Dan ada juga yang suka memilih bulu dalam persahabatan. Mereka memilih orang-orang tertentu untuk di jadi sahabat supaya mereka mendapat manfaat daripada persahabatan itu, bukannya atas dasar keikhlasan dan kejujuran kerana Allah SWT tetapi bak kata pepatah “ada udang disebalik batu”.